Itulah quote legendaris dari Bob Marley. Yap, betul, orang terdekat bisa jadi musuh paling jahat. Dialah yang paling tau bagian mana kamu lemah, dan pada saat apa kamu lengah.
That’s life bro, banyak hal yang nggak pernah kamu nyangka bakal terjadi malah benar-benar terjadi.
Nggak ada kelahiran akibat tanpa pembuahan dari sang sebab. Nggak ada sebuah cerita tanpa pertemuan yang disengaja. Seperti kata mutiara milik Chu Pat Kay yang berbunyi, “Beginilah cinta, deritanya tiada akhir,” inilah sebab-sebab kenapa kamu ditikung.
Yaaa... siapa tau aja ada yang Valentine-Valentine gini pas mau nembak gebetannya, eeeeh, dianya udah keburu jadian... sama temen kamu sendiri.
Kurang Percaya Diri
Ada sebuah gagasan yang gue dapatkan dari salah satu novel favorit gue. Isinya adalah bahwa kadang seseorang ingin mendapatkan pencapaian-pencapaian diri terlebih dahulu supaya lebih percaya diri ketika menghadapi seseorang yang dicintainya.
Tapi sayangnya, selama kamu meningkatkan kepercayaan diri itu, dia kadang lebih memilih pergi. Memilih pergi dengan temen kamu sendiri. Pahit.
Kelamaan Mikir
Kamu pasti bete kan ngadepin orang yang kelamaan mikir? Sama...
“Lo kapan mau nembak dia?”
“Belum tau, ini lagi gue pikir-pikir dulu, mungkin empat tahun lagi lah paling cepet...”
Itu mikir buat nembak apa mikirin inflasi negara Afrika Selatan? Pantes aja ditikung. Dianya juga seneng kali kamunya ketikung, abisnya kelamaan sih.
Kebanyakan Rencana
Memang, secara harfiah, kita terlahir sebagai makhluk dengan sejuta rencana dan wacana. Kita terlalu terbiasa melakukan hal dengan merencakannya terlebih dahulu.
Ambil contoh pas pengin mandi, kita pasti pernah mikir, “Nanti gosok gigi dulu apa nyalain obor dulu ya?” Well, untuk hal kecil aja kita terlalu banyak rencana, tapi nyatanya, cinta itu nggak butuh banyak rencana.
Kenyataannya kamu ketikung kan? Itu udah jadi jawaban jelas bahwa dia lebih memilih temen kamu yang cuma punya satu rencana: ngebahagiain dia dengan cara yang sederhana.
Menunggu
Ada beberapa hal yang memang harus ditunggu, salah satunya momen. Momen buat nunggu kapan dia bisa bersama kamu.
Menunggu itu emang gak enak, tapi menurut gue bukan proses nunggunya, melainkan hasil nunggunya yang gak enak. Dalam pedekate, menunggu momen emang penting, tapi daripada menunggu momen, lebih baik kamu ciptakan sendiri momen itu.
Misalnya dia orang sibuk, baru pulang ke rumah pukul sembilan malam jadi gak bisa ketemu. Kenapa kamu nggak mencoba menghubungi dia dan nawarin diri buat jemput dia. Kalo dia gak mau karena nggak enak, ya enakin. Misalnya dia bener-bener gak enak, nongol langsung aja di hadapannya. Dia mau nolak gimana?
“Kamu kenapa nunggu aku?”
“Karena aku sayang kamu.”*
*balasan “aku sayang kamu juga” kadang sangat bergantung pada bagaimana tampang kamu
NB: Dia bukan hanya butuh momen yang kamu ciptain, tapi juga kepastian.
Dia Emang Nggak Mau Sama Kamu
Hidup ini lebih kejam dari ibu tiri yang jadi istri selir ketujuh ayah kamu. Bisa aja kamu merasa terzolimi karena kamu ditikung temen sendiri, tapi kenyataannya emang dianya yang nggak mau sama kamu, tapi emang maunya sama temen kamu itu dan kamunya aja yang terlalu ngarep. Udah jelas kan?
Entah dia nggak mau sama kamu karena materi atau tampang, cuma Tuhan sama dia yang tau. Yaudahlah ya, terima aja lah ya.
Emang, buat urusan uang dan hati, nggak semua orang mau bertoleransi. Jadi, kalo misalnya kamu sekarang udah ketikung, yaudah terima aja jadiin pelajaran yang berharga supaya kamu nggak mengulanginya lagi di esok hari.
Seenggaknya juga kamu jadi tau, siapa yang memang benar-benar teman dan siapa orang yang benar-benar pantas kamu perjuangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar